Simpul Pemberdayaan Masyarakat untuk Ketangguhan Bencana Universitas Islam Indonesia ( SPMKB UII) merupakan unit baru dibawah Direktorat Simpul Tumbuh siap meningkatkan ketangguhan terhadap bencana melalui penelitian dan pelatihan-pelatihan terhadap Mahasiswa, Dosen, Tendik, bahkan masyarakat umum. SPMKB UII didirikan sebagai center of excellence dari pusat-pusat studi yang ada di setiap fakultas UII yang berkaitan dengan kebencanaan, melalui kolaborasi ini harapannya semua lapisan civitas akademika UII dan masyarakat dapat mengakses dan mendapat kesempatan untuk mempelajari strategi atau langkah-langkah yang perlu diambil ketika bencana terjadi serta berkontribusi dalam penelitian tentang kebencanaan.

SPMKB UII bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Erasmus Building Universities in Leading Disaster resilience (BUilD) menyelenggarakan WEBINAR Series, yang telah dimulai Webinar pertama pada 27 Mei 2021 yang juga bertepatan dengan 15 Tahun Gempa Jawa Tengah dan DIY sejak 26 Mei 2006. Webinar pertama berfokus dalam mengenang kejadian 15 tahun yang lalu, bagaimana peran UII dalam upaya menanggulangi bencana Gempa Bumi pada tahun tersebut dan merefleksikan kejadian tersebut untuk menjadi pembelajaran bagi kita semua.

Kemudian disusul Webinar kedua pada 28 Juni 2021 dengan tema “Creating Earthquake Resilience Communities” yang mengulas upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam penanganan bencana alam khususnya gempa bumi mulai dari level pemerintah sampai pada level individu masyarakat. Dalam webinar ini, SPMKB UII mengundang 3 narasumber diantaranya adalah Mr. Michael Fuller, MBE., MBA., MA., dari University of Gloucestershire, Cheltenham, England, Dr. Ir. Arif Wismadi M.Sc., Direktur Simpul Tumbuh Universitas Islam Indonesia, dan Prof. Ir Sarwidi MSCE., Ph.D, Pengarah BNPB dan Profesor di UII.

Peserta yang hadir ada dari berbagai macam kalangan diantaranya adalah anggota konsorsium BUiLD (Building Universities in Leading Disaster Resilience), Direktorat Mitigasi Bencana BNPB,  Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Anggota FPTPRB (Forum Perguruan Tinggi dalam Pengurangan Risiko Bencana), Dosen dan staf Universitas Islam Indonesia, Mahasiswa Universitas Islam Indonesia dan relawan.

Kedepannya, kegiatan-kegiatan seperti ini akan menjadi kegiatan yang akan sering dilakukan untuk mewujudkan ketahanan masyarakat terhadap bencana, khususnya bagi mahasiswa, staf (Dosen dan Tendik) juga masyarakat di sekitar UII, serta mengkoordinasikan dan mendokumentasikan penelitian bertema kebencanaan di UII.

Webinar ini juga dishare di channel youtube kami yang dapat diakses di SPMKB UII  dan untuk materi webinar dapat diakses disini.

15 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 27 Mei 2006, gempa bumi terjadi di Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan. Gempa bumi tersebut dengan kekuatan 5,9 skala Richter atau laporan United States Geological Survey menyebutkan 6,2 skala Richter menelan korban jiwa lebih dari 5.000 orang dan menyebabkan rumah rusak hingga roboh berjumlah 240.000. Bahkan situs kuno seperti Candi Prambanan, Makam Imogiri, dan salah satu Bangsal di Keraton Yogyakarta menglami kerusakan. Besarnya kerusakan tersebut tidak lepas dari pusat gempa daratan kategori dangkal dan sangat dekat dengan pemukiman warga yang padat.

Bencana gempa bumi 15 tahun silam tersebut terjadi sebelum adanya sistem nasional penanggulangan bencana, atau sebelum lahirnya Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana di Indonesia. Undang-undang ini pada prinsipnya meregulasi penyelenggaraan dan tahapan bencana dari mulai prabencana, saat tanggap darurat dan sampai pada pascabencana.

Apabila ditelusuri lebih jauh, sudah ada gerakan masyarakat dalam mengantisipasi gempa bumi sejak beberapa tahun sebelum bencana gempa terjadi pada tahun 2006, dengan implementasi ratusan mandor belajar dan membangun bangunan tahan gempa di Sleman, Kota, dan Bantul. Universitas Islam Indonesia (UII) sangat berperan dalam masa antisipasi pra bencana tersebut melalui kegiatan kerjasama dengan Jepang melalui sosialisasi dan penerapan rumah tahan gempa BARRATAGA sejak tahun 2003 melalui pelatihan PAMAN BATAGA (Paguyuban Mandor Bangunan Tahan Gempa).

Penanganan saat dan pasca bencana gempa bumi ini dinilai banyak pihak cukup berhasil karena melibatkan masyarakat Yogyakarta yang sangat tinggi budaya kegotong royongannya untuk kemajuan bersama. Setidaknya, penanganan yang tepat dan semangat gotong royong tersebut, terbukti menjadi salah satu modal sosial bangkitnya masyarakat dengan cepat dalam beradaptasi dengan situasi yang sulit saat itu.

Fenomena gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah 2006 beserta dengan langkah penanganannya telah menjadi berita viral atau menyedot perhatian masyarakat nasional dan internasional. Selanjutnya hal ini memicu percepatan lahirnya Undang-Undang Penanggulangan Bencana No 24/2007.

Sistem penanganan bencana gempa yang terjadi pada tahun 2006 diadopsi dalam Undang-Undang dan menjadi referensi pada penanganan bencana gempa di Indonesia setelah itu. Akan tetapi, belakangan serangkaian penanganan bencana gempa bumi di Indonesia mengalami pasang-surut. Sangat disayangkan apabila lessons learnt atau pelajaran yang sangat berharga dari gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta-Jawa Tengah tahun 2006 ini dilupakan dan mulai tidak didokumentasikan dengan baik.

Maka dari itu, Universitas Islam Indonesia (UII) melalui SPMKB (Simpul Pemberdayaan Masyarakat untuk Ketangguhan Bencana) bekerja sama dengan beberapa pihak seperti BNPB, Erasmus, BuiLD, dan relawan kebencanaan menghadirkan Webinar dengan tema “UII Mengenang 15 Tahun Gempa DIY-Jateng” yang akan diselenggarakan pada 26 Mei 2021 jam 20.00 WIB lewat aplikasi Zoom Meetings. Acara ini menjadi penting untuk menggali pelajaran berharga dalam rangka memperkuat wawasan tentang penanggulangan bencana, khususnya gempa bumi.

Colleagues from Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Islam Indonesia (both Yogyakarta) and President University (Cikarang) attended the Erasmus+ Cluster meeting on the 27th November in Jakarta and gave a sneak preview of the BUiLD project just a few days before the official Kick-off meeting.

The project is aimed at delivering a comprehensive Disaster Resilience Framework across Indonesia’s higher education sector. This involves the creation of 8 Centres of Excellence in Disaster Resilience across Indonesia, the development of curriculum benchmarks for disaster management education, the delivery of disaster awareness training using virtual reality and the establishment of a national network for knowledge exchange, research and innovation and fundraising.

Aligned with the aims of the Erasmus+ Capacity Building in Higher Education programme, the project will thus lead to the modernisation of university governance across Indonesia, improve the management and functioning of universities in crisis situations, and strengthen their external relationships.

Led by the University of Gloucestershire (United Kingdom), the BUiLD project brings together eight universities from across Indonesia. In addition to UAD, UII and President University (all Java), these include Universitas Andalas (West Sumatera), Universitas Lambung Mangkurat (Kalimantan), Universitas Muhammadiyah Palu (Sulawesi), Universitas Khairun (North Maluku) and Universitas Surabaya (Java). The European partners are University College Copenhagen (Denmark), Institute Polytechnic Porto (Portugal) and Hafelakar (Austria).

Sumber: http://disasterresilience.eu/sneak-preview-of-the-building-universities-in-disaster-resilience-build-project-at-the-erasmus-cluster-meeting-in-jakarta